Bernard Josephs kembali ke rumahnya di Bromley, Inggris, dan menemukan istrinya Claire berbaring di bawah tempat tidur, tenggorokannya terpotong dan terpotong sampai ke tulang belakang. Luka defensif di tangannya tampaknya disebabkan oleh pisau bergerigi. Tidak ada senjata ditemukan di rumah Joseph, dan polisi tidak memiliki petunjuk lain untuk melanjutkan. Namun, pembunuhan itu diselesaikan, dan si pembunuh dihukum dalam waktu empat bulan, melalui penyelidikan forensik yang solid.
Pihak berwenang pertama-tama menentukan waktu dan keadaan kejahatan tersebut. Bahan-bahan makanan yang telah disiapkan Claire masih ada di mangkuk di dapur. Tidak ada tanda-tanda masuk paksa ke dalam rumah dan secangkir kopi setengah kosong ditinggalkan di atas meja. Penyelidik cukup yakin bahwa seorang teman atau kenalan telah mampir ketika Claire sedang membuat makan malam dan mereka mulai berkonsentrasi pada keluarga dan teman.
Salah satu orang yang diinterogasi polisi adalah Roger Payne, seorang kenalan baru-baru ini dari Bernard dan Claire, yang sebelumnya divonis atas serangan terhadap perempuan. Polisi menemukan beberapa goresan di tangannya, yang oleh Payne dianggap berkelahi dengan istrinya tetapi alibinya untuk tanggal 7 Februari jauh dari kedap udara.
Bukti forensik terfokus pada pakaian Payne. Claire Josephs telah mengenakan gaun wol cerise pada saat pembunuhannya. Meskipun pakaian Payne telah dicuci, jahitannya masih mengandung lebih dari 60 serat wol serasi yang cocok dengan gaun Joseph. Penyelidik kemudian memeriksa mobil Payne dan menemukan jejak darah yang cocok dengan golongan darah Josephs, serta serat pakaian tambahan.
Payne dihukum dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada Mei 1968. Sementara bukti DNA telah menangkap imajinasi publik dalam beberapa tahun terakhir, dan merupakan alat penyelesaian kejahatan yang kuat, tes serat dan darah dasar tetap menjadi tulang punggung investigasi forensik. Mereka dapat diandalkan, relatif murah, dan mudah dipahami orang awam.